Kaus juga punya peran dalam mendukung tumbuhnya kultur distro (distribution outlet) di kota-kota besar di Indonesia. Semua inilah yang kemudian diangkat oleh kelompok seniman RuangRupa dalam pameran Dysfashional #6 Jakarta di Galeri Nasional Jakarta, 8-15 Mei.
Ekspresi unik di kaus T-shirt ternyata sudah menjadi salah satu kekhasan budaya pop Indonesia. Lewat kaus, orang bisa menyampaikan apa saja: mulai dari ungkapan lucu/parodi, pesan sosial, hingga kampanye pemilihan kepala daerah.
Kaus juga punya peran dalam mendukung tumbuhnya kultur distro (distribution outlet) di kota-kota besar di Indonesia. Semua inilah yang kemudian diangkat oleh kelompok seniman RuangRupa dalam pameran Dysfashional #6 Jakarta di Galeri Nasional Jakarta, 8-15 Mei.
Pameran yang digelar dalam rangka Festival Musim Semi Perancis itu mempresentasikan visi para perancang dan seniman akan konsep mode (fashion). Oleh kurator Luca Marchetti dan Emanuele Quinz, pameran kali ini bertujuan memamerkan mode tanpa menampilkan produk.
Bahwa mode berhubungan erat dengan ekspresi, baik milik personal maupun masyarakat secara kolektif, terejawantahkan dengan sempurna lewat medium kaus. Kaus menjadi bagian dari penampung pesan di ruang publik tersebut.
Dalam pameran itu, RuangRupa juga menampilkan kumpulan foto dari majalah-majalah Aktuil bekas yang menunjukkan bahwa sudah sejak lama kaus menjadi bagian dari kultur pemberontakan.
Salah satu yang menjadi bukti kuatnya kaus sebagai medium penyampai pesan adalah ragam kaus Benyamin Sueb yang mereka pamerkan. Wajah Benyamin ditempelkan pada ilustrasi sosok Bruce Lee, Che Guevara, Osama bin Laden, Einstein, Terminator, sampai vokalis The Doors, Jim Morrison.
Ekspresi unik di kaus T-shirt ternyata sudah menjadi salah satu kekhasan budaya pop Indonesia. Lewat kaus, orang bisa menyampaikan apa saja: mulai dari ungkapan lucu/parodi, pesan sosial, hingga kampanye pemilihan kepala daerah.
Kaus juga punya peran dalam mendukung tumbuhnya kultur distro (distribution outlet) di kota-kota besar di Indonesia. Semua inilah yang kemudian diangkat oleh kelompok seniman RuangRupa dalam pameran Dysfashional #6 Jakarta di Galeri Nasional Jakarta, 8-15 Mei.
Pameran yang digelar dalam rangka Festival Musim Semi Perancis itu mempresentasikan visi para perancang dan seniman akan konsep mode (fashion). Oleh kurator Luca Marchetti dan Emanuele Quinz, pameran kali ini bertujuan memamerkan mode tanpa menampilkan produk.
Bahwa mode berhubungan erat dengan ekspresi, baik milik personal maupun masyarakat secara kolektif, terejawantahkan dengan sempurna lewat medium kaus. Kaus menjadi bagian dari penampung pesan di ruang publik tersebut.
Dalam pameran itu, RuangRupa juga menampilkan kumpulan foto dari majalah-majalah Aktuil bekas yang menunjukkan bahwa sudah sejak lama kaus menjadi bagian dari kultur pemberontakan.
Salah satu yang menjadi bukti kuatnya kaus sebagai medium penyampai pesan adalah ragam kaus Benyamin Sueb yang mereka pamerkan. Wajah Benyamin ditempelkan pada ilustrasi sosok Bruce Lee, Che Guevara, Osama bin Laden, Einstein, Terminator, sampai vokalis The Doors, Jim Morrison.
Lewat contoh Benyamin Sueb ini, RuangRupa ingin menunjukkan bahwa saking kuatnya kaus, ia bisa menggulingkan sosok “pahlawan” internasional dan menggantinya dengan karakter idola lokal.
Budaya produksi kaus pun memiliki nilai ekonomi tersendiri. Industri sablon rumahan sudah menjadi salah satu usaha kecil dan menengah yang menguntungkan, populer dan mudah ditemui di kota-kota besar. Ini membuktikan, popularitas kaus sudah menjadi subkultur urban yang kuat di Indonesia, baik secara ekonomi maupun sosial.
Oleh Isyana Artharini | Kaus, Penampung Pesan Unik
Fri, May 13 5:08 PM WIT
No comments:
Post a Comment